BERKEMBANGNYA PATUNG BETON DI BALI
Pada mulanya seni patung Bali berfungsi sebagai
sarana ritual pemujaan dalam bentuk simbol perwujudan roh leluhur, dewa, Tuhan,
dengan segala manifestasinya yang bersifat sakral. Jenis-jenis patung
perwujudan tersebut di Bali sering disebut pratima
,arca, petapakan dan pralingga. Pembaharuan yang sangat
gemilang dalam seni patung Bali terjadi setelah adanya kontak langsung seniman
lokal dengan sniman asing (Barat), sehingga melahirkan bentuk-bentuk baru yang
cendrung realis, naturalis dan surealis yang menggunakan meterial kayu kemudian
berkembang pesat di Desa Mas, Kemenuh dan Desa Peliatan, dengan tokoh=tokoh
pematungnya antara lain Ida bagus Nyana, Ida Bagus Tilem, I Ketut Tulak, I
Wayan Ayun, Pande Wayan Neka, I Nyoman Togog dan I Wayan Winten.
Seni patung dengan meterial baton yang berkembang
dewasa ini di Desa Peliatan keberadaannya tidak terlepas dari seni
patung kayu
yang sudah ada sebelumnya, karean para pematung yang menekuni seni
patung beton
tersebut rata-rata sudah berpengalaman dalam bidang seni patung kayu,
seperti
halnya I Wayan Winten. Sebagai pematung yang hidup dalam lingkungan
masyarakat
dengan nilai-nilai budaya serta potensi seni yang menonjol, dan didukung
oleh
latar belakang pendidikan seni secara akademis yakni SMSR Denpasar dan
PPGK
Yogyakarta, menjadikannya sebagai seniman yang kreatif dan memiliki
wawasan
yang luas tentang kesenian khususnya seni patung.
Hal ini sangant
menarik
dikaji dengan menerapkan berbagai metode pendekatan antara lain : metode
obsevasi, yaitu melalui pengamatan langsung ke lapangan untuk mengetahui
perkembangan seni patung beton di Desa Peliatan baik dilihat dari segi
kuantitas pematung, bentuk karya, fungsi maupun maknanya bagi
masyarakat.
Selain itu juga dilakukan pengamatan mengenai p[roses penciptaan seni
patung
beton mulai dari membuat maket (miniatur) sampai terwujudnya karya seni
patung
itu sendiri. Metode wawancara dilakukan mulai dari I Wayan Winten
sebagai
informasi kunci, dan pelopor pematung beton yang ada di Desa Peliatan,
kemudian
baru para pematung beton lainnya yang dianggap bisa memberikan informasi
yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti. Metode kepustakaan, dilakukan
dengan
menelaah sejumlah pustaka yang ada kaitannya dengan keberadaan seni
patung Bali, yang terkait dengan perkembangan seni patung beton
di Desa Peliatan. Sementara itu, metode doklumentasi, yaitu pengumpulan
data
melalui bukti-bukti tertulis yakni berupa bku monografi Desa Peliatan,
katalog
pameran dan foto-foto karya seni patung.
Berdasarkan data yang telah diperoleh sesuai
dengan kebutuhan penelitian ini maka dapatlah dijelaskan bahwa proses
penciptaan seni patung beton yang ada di Dsa Peliatan melalui tahapan-tahapan
sebagai berikut : (1) pembutan gambar sketsa, (2) pembuatan maket (miniatur),
)3) pembentukan konstruksi rangka patung, (4) pengecoran rangka patung, (5)
tahap pembentukan, (6) penyelesaian bentuk dan desain hiasan.
Perkembangan seni patung beton yang ada di Dsa Peliatan tidak terlepas dari
pengaruh sosok I Wayan Winten yang sudah menekuni seni patung dengan material
beton dimulai sejak tahun 1992 yakni membuat patung penari, yang menghiasi
pertigaa Br. Teges Desa Peliatan. Tahun 1994 mambuat patung Satria Gatot Kaca
yang ada di Kuta. Tahun 1995 membuat patung Dewa Wisnu, Garuda, Kalarau
dan Dewai Ratih yang menhiasi Taman Ciung
Wanara Kota Gainyar. Tahun 1995 membuat patung Dewa Indra di pertigaan
Tegal Tugu Gianyar. Tahun 1995 membuat patung Dewi Natha yang menghiasi
pertigaan Semabaung Gianyar. Tahun 1996 membuat patung Kapten Mudita di Kota
Bangli. Tahun 1996 membuat patung Dewa Ruci di Simpang Siur Kuta. Tahun 2002
membuat patung Betara Tiga di pertigaan Manguntur Batubulan. Tahun
2003 membuat patung Sutasoma di pertigaan Ubud, dan sejumlah karya patung beton
lainnya tidak hanya di Bali, akan tetapi juga di luar Bali.
Ketenaran sosok pematung I Wayan Winten membuat generasi muda banyak yang
tertarik untuk belajar seni patung dengannya, baik lewat pendidikan non formal
maupun formal, karena Wayan Winten disamping sebagai seniman, juga sebagai
seorang guru di SMSR, yang kini adalah SMKN I Sukawati. Mantan murid-muridnya
yang sampai kini menekuni seni patung beton antara lain : Komang Labda, asal
Karangasem yang saat ini menmpati studionya di Jalan Dewi Candra Batubulan. I
Ketut Suardana asal Banjar Tengah Peliatan, membuka studio patung di rumahnya
sendiri, di Jalan Raya Peliatan, I Wayan Sedan Suputra, asal banjar Kalah
Peliatan, kini membuka studio di Jalan Raya Kengetan Ubud. I Wayan Winarta,
asal Desa Batuan, membuat studio patung di Jalan raya Batuan, I Nyoman Purna,
asal Banjar Tengah Peliatan saat ini membuat studio patung di Jalan Raya
Pengosekan Ubud. Sedangkan Kadek Artika, asal Banjar Tengah Peliatan kini
membuka studio patung di jalan Kengetan Singakerta Ubud. Perkembangan seni
patung beton di Desa Peliatan tidak hanya bisa dilihat dari kuantitas pematungnya,
akan tetapi juga perkembangan bentuk karya, fungsi maupun maknanya bagi
masyarakat.
Dilihat dari segi bentuk yang merupakan hasil aktivitas baik
individu maupun kelompok, dan entitas yang dihasilkan bersifat kongkret,
terwujud lewat karya-karya patung beton yang bergaya realis, naturalis dan
abstrak. Sementara itu, tema yang diangkat tidak hanya-hanya tema-tema
pewayangan seperti Ramayana, Mahabrata, mitologi Hindu dan tantri,
akan tetapi juga kehidupan sehari-hari (kehidupan sosial), sehingga hadir
karya patung beton yang sangat variatif.
Dilihat darisegi fungsi, kehadiran
seni patung beton di Desa Peliatan tidak hnay untuk kepentingan ritual pemujaan
yang terwujud dalam bentuk simbol-simbol keagamaan, melainkan juga berkembang
ke fungsi estetis dekoratif yakni sebagai elemen penghias taman kota, tempat
rekreasi, kantor pemerintahan, hotel museum, rumah hunian dan sebagainya.
Sedangkan kalau dilihat darisegi makna telah mengalami perkembangan tidak hanya
makna keindhan akan tetapi juga makna pembaharuan dan kesejahteraan. Oleh
karena karya yang terwujud memilik nilai keindaha, nilai inovasi (pembaharuan),
yakni memiliki perbedaan dengan karya-karya patung yang ada sebelumnya, dan
kehadiran karya tersebut mampu meningkatkan taraf kesejahteraan senimannya dan
juga masyarakat pendukungnya.